Tattoo Supreme – Tattoo Dayak paling tua ditemukan di foto tahun 1901, kini viral di media sosial dan memicu perhatian dunia terhadap budaya asli suku Dayak di Kalimantan. Penemuan ini bukan hanya mengejutkan para peneliti, tetapi juga menghidupkan kembali rasa bangga generasi muda terhadap warisan leluhur mereka.
Penemuan mengejutkan ini berasal dari arsip foto lama milik sebuah museum di Belanda. Salah satu foto bertanggal tahun 1901 memperlihatkan seorang pria Dayak dengan tubuh penuh tato tradisional. Foto tersebut diambil oleh tim ekspedisi etnografi Hindia Belanda saat melakukan penelitian di pedalaman Kalimantan.
Tato dalam foto itu sangat unik. Polanya rumit dan berbeda dari tato modern. Bentuk garis, motif simetris, dan penempatan pola menunjukkan bahwa tato ini bukan sekadar seni tubuh. Ini adalah simbol kepercayaan, status sosial, dan kekuatan spiritual.
Tattoo Dayak paling tua ditemukan di foto tahun 1901 ini menjadi bukti kuat bahwa tato bagi masyarakat Dayak punya nilai yang sangat tinggi. Bagi mereka, tato adalah bagian dari perjalanan hidup.
Setiap motif punya makna. Misalnya, motif “bungai terung” (bunga terong) adalah simbol keberanian. Biasanya, diberikan kepada pria yang sudah melewati ujian atau ritual kedewasaan. Sementara motif di pundak dan leher menunjukkan kesiapan menghadapi dunia roh setelah meninggal.
Tato ini juga dipercaya memberi perlindungan dari roh jahat, menjadi penanda identitas keluarga atau klan, hingga menunjukkan pengalaman hidup seseorang.
Setelah foto tua ini muncul di media sosial, banyak orang mulai membicarakan kembali tattoo Dayak. Tagar seperti #DayakTattoo, #1901TattooDiscovery, dan #AncientInk menjadi trending di TikTok, Twitter, dan Instagram.
Seniman tato dari berbagai negara seperti Jepang, Jerman, dan Amerika mulai tertarik mempelajari pola-pola tato Dayak. Mereka kagum dengan kedalaman makna di balik desain yang tampak sederhana.
Beberapa bahkan datang langsung ke Kalimantan untuk belajar langsung dari para tetua adat dan seniman tato lokal.
Viralnya tattoo Dayak paling tua ditemukan di foto tahun 1901 disambut positif oleh komunitas Dayak. Namun, mereka juga mengingatkan bahwa tato ini bukan tren atau gaya hidup semata.
Menurut para tetua adat, tato dalam budaya Dayak adalah bentuk penghormatan kepada leluhur dan alam. Tidak bisa sembarangan ditiru atau dipakai hanya demi estetika.
Beberapa tokoh adat bahkan menyarankan agar setiap orang yang ingin menato tubuhnya dengan motif Dayak, terlebih dahulu memahami makna dan proses spiritualnya.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan langsung menanggapi viralnya foto tersebut. Mereka kini tengah mengkaji kemungkinan mengusulkan tato Dayak sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO.
Akademisi dari berbagai universitas juga mulai melakukan riset lanjutan. Tujuannya adalah mendokumentasikan pola-pola tato asli Dayak sebelum benar-benar punah. Ini termasuk menggali makna tiap motif, teknik pembuatan, hingga proses ritual saat tato diberikan.
baca juga : “Zippo Harley Davidson 120th Anniversary Resmi Sold Out Global!“
Kini, generasi muda Dayak mulai kembali bangga mengenakan tato tradisional. Beberapa di antaranya bahkan menjadi seniman tato profesional yang memadukan teknik modern dengan makna leluhur.
Seniman seperti Nyaru Tato dari Kalimantan Barat dan Duhai Ink dari Kalimantan Timur rutin membagikan edukasi tentang sejarah tato Dayak kepada klien mereka. Mereka juga sering tampil di festival budaya dan pameran seni internasional.
Tinta yang digunakan pun masih banyak yang alami, berasal dari arang kayu dan getah tanaman tertentu. Alatnya juga khas, menyerupai jarum yang digerakkan secara manual.
Pariwisata budaya di Kalimantan ikut terdongkrak setelah viralnya foto tattoo Dayak paling tua ditemukan di foto tahun 1901. Banyak wisatawan asing datang khusus ke desa-desa adat untuk melihat langsung proses pembuatan tato tradisional.
Beberapa tur bahkan menawarkan paket “tattoo spiritual journey”, di mana peserta bisa belajar sejarah, mengikuti ritual adat, dan mendapat tato langsung dari seniman lokal.
Hal ini menjadi peluang ekonomi baru bagi masyarakat adat sekaligus memperkuat upaya pelestarian budaya.
Meskipun viral, ada kekhawatiran bahwa euforia ini hanya sesaat. Maka dari itu, berbagai pihak kini mendorong dokumentasi pola-pola tato Dayak secara digital.
Proyek seperti Dayak Tattoo Archive telah dimulai, yang mengumpulkan gambar, makna, hingga cerita di balik setiap pola. Harapannya, generasi mendatang tetap bisa mempelajari dan memahami warisan luar biasa ini.
Sekolah-sekolah adat juga mulai mengajarkan kembali seni tato tradisional, lengkap dengan filosofi dan tekniknya.