Tattoosupreme – Budaya Nusantara memiliki kekayaan yang begitu luas, mulai dari tarian, musik, hingga seni rupa tradisional yang sarat makna. Salah satu bentuk ekspresi budaya yang unik dan penuh nilai adalah seni tato tradisional dari Suku Dayak Iban. Seni tubuh ini bukan hanya sekadar hiasan, melainkan juga cerminan perjalanan hidup, simbol spiritualitas, hingga identitas adat yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Bagi masyarakat Dayak Iban, tato memiliki makna yang jauh lebih dalam daripada sekadar karya seni. Motif-motif yang dipahat di kulit tubuh merepresentasikan perjalanan hidup, pencapaian seseorang, hingga status sosial dalam komunitas. Misalnya, tato berbentuk tumbuhan atau fauna tertentu sering kali melambangkan kekuatan, perlindungan, serta hubungan erat manusia dengan alam.
Tato juga diyakini sebagai penanda spiritual. Dalam tradisi mereka, tato bukan hanya warisan adat, melainkan juga sarana perlindungan dari roh jahat. Selain itu, proses menato tubuh dianggap sebagai bentuk ritual yang sakral, di mana sang seniman tato atau tukang tatu menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab spiritual.
Proses pembuatan tato tradisional Dayak Iban masih menggunakan teknik manual dengan alat sederhana. Seniman tato biasanya memakai jarum atau duri yang ditusukkan secara berulang ke kulit tubuh, lalu ditetesi cairan tinta alami dari arang atau getah pohon. Setiap goresan memiliki nilai simbolik yang dalam, sehingga prosesnya dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan doa.
Ritual menato tidak dilakukan secara sembarangan. Ada waktu tertentu yang dianggap baik, biasanya setelah seseorang mencapai tahap penting dalam hidupnya, seperti setelah kembali dari merantau, berhasil dalam perburuan, atau menyelesaikan suatu ritual adat.
Seni tato Suku Dayak Iban dikenal dengan motif-motif khas yang erat kaitannya dengan alam dan spiritualitas. Beberapa motif yang sering dijumpai antara lain:
Setiap motif memiliki cerita dan filosofi tersendiri. Seorang pemuda yang baru menginjak usia dewasa biasanya mulai ditato dengan bunga terung sebagai tanda ia sudah siap menempuh kehidupan baru. Sementara itu, tokoh masyarakat atau pejuang dihiasi tato yang lebih kompleks, menandakan status dan perannya di tengah komunitas.
Di tengah arus modernisasi, tato tradisional Dayak Iban tetap bertahan sebagai simbol identitas. Banyak generasi muda yang mulai menyadari pentingnya melestarikan tradisi ini. Mereka tidak sekadar menjadikan tato sebagai tren estetika, melainkan juga bentuk penghormatan terhadap leluhur.
Beberapa komunitas adat bahkan mengadakan festival budaya yang menampilkan proses menato tradisional. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan kembali seni tubuh khas Dayak Iban kepada generasi muda sekaligus menarik perhatian wisatawan. Dengan demikian, tato tradisional tidak hanya bertahan, tetapi juga menjadi daya tarik budaya yang mendunia.
Meski zaman sudah berubah, seni tato Dayak Iban terus beradaptasi. Kini, banyak seniman tato modern yang memadukan teknik tradisional dengan peralatan modern. Walau demikian, nilai filosofis di balik setiap motif tetap dijaga.
Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang tertarik untuk mengenal lebih dekat seni tato Dayak Iban. Ada di antara mereka yang datang ke Kalimantan untuk melihat langsung prosesnya, bahkan ada pula yang ikut serta menjadi bagian dari ritual menato. Hal ini menunjukkan bahwa seni tato tradisional tidak hanya relevan bagi masyarakat adat, tetapi juga mampu menjadi jembatan budaya dengan dunia luar.
Upaya pelestarian seni tato Dayak Iban juga mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik pemerintah daerah maupun komunitas budaya. Seni ini diakui sebagai bagian dari warisan budaya tak benda yang harus dijaga. Langkah tersebut penting agar generasi mendatang tidak kehilangan salah satu identitas penting yang menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan.
Para peneliti dan pemerhati budaya juga banyak mendokumentasikan seni tato ini dalam bentuk foto, tulisan, hingga penelitian akademik. Dokumentasi tersebut diharapkan bisa menjadi referensi sekaligus pengingat akan kekayaan budaya Nusantara.