Tattoo Supreme – Seniman asal Bali viral karena tato 3D realistisnya yang tampak begitu nyata hingga membuat banyak orang tak percaya bahwa itu hanya lukisan di kulit. Dengan teknik luar biasa dan detail mendalam, karya-karya ini berhasil menciptakan efek tiga dimensi yang mengagumkan, seolah-olah objek dalam tato benar-benar hidup.
Fenomena ini bukan hanya menarik perhatian warganet di Indonesia, tetapi juga mencuri perhatian komunitas seni internasional. Sosok di balik kehebohan ini adalah I Made Arta, seniman tato asal Gianyar, Bali, yang sukses menciptakan ilusi optik melalui seni lukis tubuh. Berkat karya-karya 3D-nya, ia kini menjadi simbol inovasi baru dalam dunia seni tato Asia Tenggara.
Perjalanan I Made Arta dimulai sejak remaja, saat ia tertarik melukis wajah dan hewan di atas kertas. Ketika beranjak dewasa, kecintaannya terhadap seni visual membawanya masuk ke dunia tato. Namun ia tidak ingin sekadar menjadi seniman tato biasa. Ia mempelajari teknik realisme, cahaya dan bayangan, serta tekstur kulit untuk menghasilkan karya yang bisa mengecoh mata manusia.
Ia menemukan tantangan dan keindahan tersendiri dalam menciptakan tato bergaya 3D realistis. Karyanya yang paling populer saat ini adalah tato mata harimau yang tampak seolah mengawasi dari balik kulit. Video pengerjaannya yang diunggah ke media sosial menjadi viral dan menembus lebih dari 10 juta tayangan.
Tato 3D realistis adalah teknik menggambar di atas kulit dengan ilusi kedalaman dan bayangan sehingga gambar terlihat hidup. Tidak semua seniman mampu melakukan teknik ini karena dibutuhkan pemahaman mendalam tentang anatomi, perspektif, dan pencahayaan.
Dalam kasus Made Arta, ia menggunakan alat-alat canggih dan tinta khusus untuk menciptakan efek mendetail. Proses pengerjaan bisa memakan waktu 6 hingga 12 jam untuk satu tato, tergantung kompleksitas desain. Misalnya, untuk membuat tato mata hewan dengan efek refleksi dan bulu yang realistis, ia harus menggabungkan teknik shading, gradasi warna, hingga penciptaan highlight agar tampak alami.
Ketika seniman asal Bali viral karena tato 3D realistisnya, banyak yang tidak tahu bahwa Arta sempat hampir menyerah karena tekanan keluarga dan lingkungan. Tato sering kali dipandang negatif di sebagian masyarakat, dianggap sebagai simbol kenakalan atau pemberontakan. Namun Arta melihat tato sebagai bentuk seni paling jujur karena langsung menyatu dengan tubuh seseorang.
Ia berkata, “Kulit adalah kanvas paling jujur. Sekali salah, tak bisa dihapus. Karena itu saya harus total.” Itulah mengapa setiap garis, titik, dan warna yang dibuat olehnya memiliki makna dan ketelitian tinggi.
Saat ini, kliennya tidak hanya berasal dari Indonesia, tetapi juga dari Jepang, Australia, Amerika Serikat, hingga Eropa. Banyak wisatawan mancanegara datang ke Bali hanya untuk mendapatkan tato darinya, bahkan rela antre selama berbulan-bulan.
Unggahan video yang menampilkan proses pengerjaan tato mata harimau milik Arta menyebar luas di TikTok dan Instagram. Komentar datang dari berbagai belahan dunia. Banyak netizen menyebutkan bahwa tato itu terlihat “nyata seperti CGI” atau “tampak hidup dan menyeramkan.”
Berkat viralnya konten ini, Arta sempat diwawancarai oleh media asing seperti Tattoo Life Magazine dan Inked. Ia juga mendapat undangan untuk mengisi seminar teknik tato realistis di Bangkok Tattoo Expo 2025 mendatang.
baca juga : “Smoothie Minuman Segar Penuh Gizi untuk Gaya Hidup Sehat“
Kesuksesannya tidak membuat Arta lupa daratan. Ia membuka workshop tato kecil di daerah Ubud, di mana ia membimbing generasi muda Bali yang tertarik mendalami seni tato modern. Fokusnya tidak hanya mengajarkan teknik, tetapi juga menanamkan etika profesional, standar kebersihan, dan pentingnya orisinalitas dalam setiap desain.
Ia percaya bahwa Bali bisa menjadi salah satu pusat seni tato di Asia, sejajar dengan Tokyo dan Bangkok. Untuk itu, ia aktif mengadakan pelatihan, kolaborasi, dan bahkan kompetisi kecil di komunitas tato lokal.
Dulu, tato sering kali dihubungkan dengan stigma negatif. Namun kini, berkat karya-karya seperti milik Made Arta, pandangan itu mulai bergeser. Banyak orang kini melihat tato sebagai bentuk seni tubuh yang unik dan bermakna.
Beberapa kalangan, termasuk selebriti dan influencer, bahkan mulai menjadikan tato 3D sebagai simbol estetika dan individualitas. Tato kini bukan lagi sekadar gaya hidup, tapi sudah menjadi bagian dari identitas visual.
Seniman asal Bali viral karena tato 3D realistisnya, dan kini Arta sedang merancang langkah selanjutnya. Ia berencana menggelar pameran seni tato internasional pertama di Bali tahun depan. Acara ini akan mempertemukan seniman-seniman dari berbagai negara untuk berbagi teknik, cerita, dan karya.
Pameran ini juga diharapkan bisa membuka mata dunia bahwa Indonesia, khususnya Bali, memiliki seniman-seniman hebat dengan teknik yang tak kalah dari para maestro dunia. Ia juga berencana menerbitkan buku portofolio yang menampilkan karya-karyanya dengan cerita di balik tiap tato.
Apa yang membuat seniman asal Bali viral karena tato 3D realistisnya bukan hanya karena teknik hebat, tapi karena dedikasinya terhadap seni dan keberanian mendobrak stigma. Dari pulau kecil di Indonesia, ia telah menginspirasi ribuan orang dan mengubah wajah dunia tato modern.
Kisah ini membuktikan bahwa ketika passion dipadukan dengan kerja keras dan ketekunan, maka dunia pun akan menoleh dan memberi pengakuan. Dan bagi I Made Arta, tinta bukan hanya bahan pewarna — itu adalah cerita, identitas, dan kehidupan yang abadi di permukaan kulit.