Tattoo Supreme – Dunia hiburan internasional kembali dihebohkan oleh aksi nyentrik Miley Cyrus. Penyanyi dan aktris kenamaan asal Amerika Serikat ini baru-baru ini menjadi sorotan setelah tampil dalam sebuah karya seni foto yang memperlihatkan dirinya tanpa busana, namun tetap artistik, sambil memegang dreamcatcher berukuran besar. Aksi ini memicu diskusi hangat di media sosial, bukan hanya soal seni dan kebebasan berekspresi, tapi juga tren penggunaan dreamcatcher yang kian merambah berbagai aspek kehidupan, termasuk kesehatan mental dan hubungan keluarga.
Miley Cyrus memang dikenal sebagai figur publik yang tidak takut mengekspresikan dirinya. Sejak era “Wrecking Ball” hingga kini, ia kerap memadukan seni, fashion, dan pesan sosial dalam penampilannya. Dalam proyek foto terbarunya, ia memilih dreamcatcher sebagai simbol utama. Foto itu, meskipun mengundang kontroversi, dikemas dengan gaya artistik yang menonjolkan makna simbolis alih-alih sensualitas semata.
Menurut juru bicara Miley, karya tersebut adalah bagian dari kampanye untuk “menangkap mimpi” dan melepaskan energi negatif, sesuatu yang terinspirasi dari tradisi asli suku Ojibwe di Amerika Utara. Pesan yang ingin disampaikan Miley adalah pentingnya menjaga kesehatan mental, membuang pikiran buruk, dan menguatkan hubungan antar manusia, termasuk keluarga.
Dreamcatcher atau penangkap mimpi adalah artefak tradisional suku asli Amerika yang diyakini mampu menyaring mimpi buruk dan hanya membiarkan mimpi indah melewati jaringnya. Bentuknya berupa lingkaran kayu dengan jaring di tengahnya, dihiasi bulu dan manik-manik. Seiring perkembangan zaman, dreamcatcher tidak hanya digunakan sebagai jimat pelindung tidur, tetapi juga menjadi simbol estetika dan self-care.
Tren ini semakin berkembang di era modern. Banyak orang menggunakannya sebagai dekorasi kamar, aksesori, hingga simbol dalam terapi kesehatan mental. Bahkan, beberapa keluarga menjadikan dreamcatcher sebagai bagian dari ritual tidur anak-anak untuk menciptakan rasa aman dan nyaman.
Alasan utama mengapa aksi Miley Cyrus viral adalah kombinasi antara shock value, pesan simbolis, dan timing yang tepat. Di tengah meningkatnya kesadaran global akan kesehatan mental, Miley memanfaatkan popularitasnya untuk menghidupkan kembali diskusi tentang pentingnya menjaga pikiran tetap positif.
Ia memilih pose bugil bukan untuk memancing kontroversi murahan, tetapi sebagai simbol keterbukaan, kerentanan, dan keaslian diri. Dalam wawancara terbarunya, Miley mengatakan:
“Kita semua lahir tanpa lapisan pelindung. Saya ingin mengingatkan bahwa menjadi rentan itu bukan kelemahan, apalagi jika kita punya alat atau simbol yang membantu menjaga pikiran tetap jernih.”
Dreamcatcher dalam foto tersebut menjadi metafora tentang bagaimana setiap orang berhak melindungi mimpinya dari hal-hal negatif, bahkan ketika berada dalam posisi paling rentan.
Sejumlah studi menunjukkan bahwa kualitas tidur berpengaruh langsung pada kesehatan mental. Stres, kecemasan, dan depresi sering kali diperparah oleh gangguan tidur. Di sinilah dreamcatcher mulai diadaptasi dalam pendekatan mindfulness dan terapi tidur.
Meskipun belum ada bukti ilmiah bahwa dreamcatcher benar-benar menyaring mimpi buruk, keberadaannya dapat memberikan efek psikologis positif. Misalnya:
Dengan kata lain, meskipun efeknya lebih pada aspek psikologis, dreamcatcher tetap memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan tidur yang sehat.
baca juga : “Selera Hidup yang Unik Setiap Individu Memiliki Preferensi“
Tidak hanya individu, banyak keluarga kini mulai mengadopsi dreamcatcher dalam kehidupan sehari-hari. Di media sosial, muncul tren membagikan foto kamar tidur anak dengan hiasan dreamcatcher, lengkap dengan cerita tentang bagaimana anak merasa lebih nyaman tidur.
Beberapa manfaat penggunaan dreamcatcher dalam keluarga antara lain:
Bahkan, beberapa psikolog anak merekomendasikan dreamcatcher sebagai alat bantu tidur yang aman dan estetis dibandingkan gadget atau televisi di kamar tidur.
Ketika selebritas sekelas Miley Cyrus mempopulerkan sebuah simbol budaya, dampaknya sering kali bersifat global. Penjualan dreamcatcher di berbagai platform e-commerce melonjak signifikan hanya beberapa hari setelah foto Miley dirilis. Tren ini mirip dengan fenomena ketika tokoh publik mempopulerkan yoga, meditasi, atau kristal penyembuhan.
Namun, tak sedikit pula yang mengingatkan tentang pentingnya menghormati akar budaya dreamcatcher. Beberapa aktivis suku asli Amerika mengapresiasi perhatian yang diberikan Miley, tetapi berharap publik tidak melupakan sejarah dan nilai spiritual di baliknya.
Aksi Miley Cyrus menunjukkan bagaimana seni, tren, dan isu kesehatan mental bisa berpadu dalam satu momen yang kuat. Namun, seperti tren lainnya, penting untuk menjaga keseimbangan antara popularitas dan penghormatan terhadap makna aslinya.
Jika dreamcatcher hanya dijadikan dekorasi tanpa memahami filosofi di baliknya, risiko komersialisasi berlebihan akan lebih besar. Sebaliknya, jika digunakan dengan penuh kesadaran, dreamcatcher dapat menjadi simbol yang memperkaya kehidupan, baik secara personal maupun dalam keluarga.