Tattoo Supreme – Kat Von D, ikon tato dunia yang dikenal karena gayanya yang eksentrik dan karier televisinya lewat LA Ink, kembali mencuri perhatian publik. Kali ini bukan karena karya seninya yang unik atau kolaborasi dengan merek ternama, tetapi karena keputusan radikal terhadap tubuhnya sendiri. Dalam langkah yang mengejutkan dan emosional, Kat Von D memutuskan untuk menutup hampir seluruh tatonya dengan teknik blackout tattoo dan menghapus sisanya dengan laser.
Apa alasan di balik keputusan besar ini? Apa dampaknya terhadap industri tato, penggemar, dan bahkan persepsi publik tentang body art? Artikel ini akan membahas semuanya secara mendalam.
Selama lebih dari dua dekade, tubuh Kat Von D menjadi semacam “museum berjalan” yang menampilkan karya-karya seniman tato dari berbagai dunia. Setiap tinta di kulitnya menyimpan kisah—entah tentang cinta, kehilangan, pemberontakan, atau spiritualitas. Namun pada tahun 2023, Kat mengejutkan dunia dengan memulai proses blackout tattoo: menutupi tato lama dengan tinta hitam solid.
Di tengah tren blackout tattoo yang makin populer di kalangan kolektor berat, keputusan Kat justru dianggap sebagai simbol “penghapusan masa lalu” ketimbang sekadar gaya artistik.
Dalam sebuah unggahan Instagram yang viral, Kat menyatakan:
“I’ve finally come to the realization that some of the tattoos I got in my 20s no longer align with who I am today. I’m ready to let them go. I’m done.”
baca juga : “Manfaat Alpukat untuk Kehidupan Lebih dari Sekadar Buah“
Langkah blackout tattoo biasanya menjadi pilihan ekstrem karena menutupi bagian tubuh secara masif dengan tinta hitam. Namun Kat Von D tidak berhenti di situ. Ia juga menjalani serangkaian sesi laser tattoo removal—proses yang dikenal menyakitkan, mahal, dan membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah People, Kat mengatakan bahwa ia merasa sebagian besar tato lamanya tidak lagi mencerminkan nilai spiritual dan emosionalnya saat ini. Seiring perjalanannya mendalami spiritualitas dan keimanan baru, ia merasa perlu menghapus “jejak masa lalu” dari tubuhnya.
“I used to think my tattoos represented strength and freedom. But now, I see them as reminders of a version of myself that I’ve outgrown.”
Keputusan Kat memicu berbagai reaksi. Di media sosial, sebagian besar penggemarnya mendukung dan menyebutnya “berani” serta “inspiratif”. Namun tak sedikit pula yang merasa kecewa, terutama para kolektor tato dan penggemar yang menjadikan Kat sebagai panutan artistik.
Beberapa seniman tato bahkan menyayangkan blackout yang dilakukan terhadap karya bernilai historis tinggi di tubuh Kat.
Namun seniman ternama seperti Bang Bang dan Megan Massacre justru memuji kejujuran emosional Kat dan melihat langkahnya sebagai evolusi, bukan pengkhianatan terhadap seni.
Kat Von D bukan satu-satunya selebriti yang memutuskan untuk menghapus atau menutupi tato lamanya. Dalam beberapa tahun terakhir, kita melihat Pete Davidson, Ariana Grande, hingga Post Malone menjalani laser removal atas alasan personal maupun profesional.
Tren blackout tattoo pun berkembang sebagai bentuk pernyataan gaya baru. Berbeda dengan full sleeve tradisional, blackout memberi kesan bold, minimalis, dan misterius. Tapi langkah Kat Von D berbeda. Bagi Kat, blackout adalah simbol penutupan lembaran lama, bukan sekadar ekspresi visual.
“My identity isn’t tied to my tattoos anymore. I’ve found myself outside the ink.”