Tattoo Supreme – Fashion Week Korea dikejutkan tato batik Nusantara Indonesia saat seorang model internasional tampil di runway mengenakan desain tubuh yang tidak biasa. Alih-alih hanya busana, panggung mode kelas dunia itu justru diramaikan dengan karya seni kulit yang menggambarkan motif batik khas Indonesia. Kejadian ini sontak menjadi viral di berbagai platform media sosial dan membuat banyak orang bertanya-tanya, bagaimana bisa tato batik masuk ke ajang sebesar ini?
Fenomena ini menjadi bukti bahwa budaya Indonesia, khususnya batik, mampu menjangkau panggung internasional dengan cara yang sangat kreatif. Tato batik bukan hanya sekadar tren, melainkan bentuk baru dari penghormatan terhadap kekayaan budaya Nusantara.
Tato batik adalah inovasi yang menggabungkan nilai-nilai tradisional dengan sentuhan seni modern. Dalam dunia mode, tato sering dianggap sebagai bentuk ekspresi diri, sementara batik mewakili warisan budaya yang telah ada sejak berabad-abad. Ketika keduanya digabungkan, hasilnya adalah sesuatu yang unik dan penuh makna.
Motif batik seperti parang, kawung, dan mega mendung menjadi pilihan favorit dalam bentuk tato. Dalam konteks Fashion Week Korea, motif ini digambarkan secara realistis di bagian punggung dan lengan model, dengan warna yang tetap mempertahankan kesan klasik batik tulis. Hal ini membuat banyak penonton terkagum dan mengabadikannya di media sosial.
Tak butuh waktu lama, penampilan model bertato batik ini langsung menjadi bahan perbincangan global. Tagar seperti #TatoBatik #BatikIndonesia #FashionWeekKorea ramai digunakan, terutama oleh para fashion enthusiast dan penggemar budaya Asia Tenggara. Bahkan, beberapa influencer mode dari Korea Selatan hingga Eropa ikut mengulas fenomena tersebut dalam vlog dan konten TikTok mereka.
Pakar mode asal Korea, Ji-Hyun Park, dalam wawancaranya dengan media lokal menyebutkan bahwa penampilan ini “adalah simbol dari keberanian industri mode untuk mengangkat budaya Asia dalam bentuk yang lebih ekspresif dan modern.” Hal ini menjadi angin segar bagi seniman tato dan desainer dari Indonesia untuk lebih percaya diri dalam memperkenalkan budaya lokal ke pasar internasional.
Di balik penampilan mengejutkan tersebut, ternyata ada campur tangan desainer asal Indonesia. Namanya adalah Dewangga Satya, seorang seniman visual sekaligus perancang kostum yang dikenal sering mengangkat unsur tradisional dalam karya kontemporernya. Ia bekerja sama dengan tim kreatif dari Korea untuk menghadirkan konsep “Body as a Canvas”, yang mana tubuh model dijadikan media untuk mengekspresikan nilai budaya melalui tato temporer.
Menurut Dewangga, kehadiran tato batik di Fashion Week Korea bukan sekadar pencapaian pribadi, tetapi merupakan bentuk diplomasi budaya. “Saya ingin orang luar negeri tidak hanya melihat batik sebagai kain, tetapi juga sebagai identitas visual yang hidup, bahkan di kulit manusia,” ujarnya.
Fashion Week Korea memang dikenal sebagai ajang yang memberikan ruang untuk inovasi dan eksperimen. Namun, masuknya unsur budaya Indonesia dalam bentuk tato batik adalah sebuah lompatan besar. Ini menunjukkan bahwa budaya lokal bisa menembus batas geografis dan mendapatkan apresiasi tinggi selama dikemas dengan pendekatan yang relevan dan estetik.
Fashion Week Korea dikejutkan tato batik Nusantara Indonesia karena menampilkan sesuatu yang sangat berbeda dari tren yang biasanya. Ini bukan tentang mengenakan pakaian mahal dari brand terkenal, tetapi tentang bagaimana tubuh dijadikan medium ekspresi budaya yang kuat.
Tak hanya publik, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif turut memberikan apresiasi terhadap penampilan fenomenal tersebut. Menteri Sandiaga Uno dalam unggahannya di Instagram menyebut bahwa ini adalah “bentuk nyata dari diplomasi budaya melalui fashion dan seni.”
Komunitas pegiat batik juga menyambut dengan antusias. Mereka melihat ini sebagai momentum untuk memperluas makna dan pemahaman tentang batik kepada generasi muda. Tato batik bisa menjadi jembatan untuk mengenalkan nilai-nilai filosofis batik kepada audiens global, terutama yang selama ini mungkin menganggap batik hanya sebatas busana formal.
Melihat tren ini, tidak menutup kemungkinan bahwa tato batik akan menjadi industri baru dalam dunia seni tubuh. Beberapa studio tato di Jakarta, Yogyakarta, dan Bali bahkan sudah mulai menawarkan desain batik sebagai bagian dari layanan mereka. Ini membuka peluang baru bagi para seniman lokal untuk menciptakan karya yang menggabungkan keindahan visual dengan nilai-nilai budaya.
Lebih dari itu, kolaborasi antara seniman tato dan pengrajin batik tradisional juga bisa memperkaya proses kreatif. Misalnya, bagaimana teknik pewarnaan batik tulis bisa dijadikan inspirasi untuk teknik shading pada tato. Atau bagaimana filosofi motif bisa dikembangkan menjadi narasi visual di tubuh.
baca juga : “Kesehatan Holistik Saat Tubuh, Pikiran, dan Hati Harus Sejalan“
Meski menuai banyak pujian, tak sedikit juga yang mempertanyakan etika dari penggunaan motif budaya dalam bentuk tato. Beberapa kelompok tradisional menganggap bahwa batik seharusnya tidak diaplikasikan pada tubuh, apalagi dalam konteks fashion show yang penuh eksposur.
Namun Dewangga menanggapi hal ini dengan bijak. Menurutnya, selama dilakukan dengan penghormatan dan pemahaman yang mendalam, tidak ada yang salah dalam mengeksplorasi bentuk baru dari budaya. Ia bahkan memastikan bahwa setiap motif yang digunakan telah melalui konsultasi dengan ahli budaya dan perajin batik lokal.
Apa yang terjadi di Fashion Week Korea bisa menjadi awal dari babak baru dalam dunia fashion dan seni. Tato batik tidak hanya berpotensi menjadi tren visual, tetapi juga sebagai medium edukatif yang memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia.
Kita bisa membayangkan ke depan bahwa tato batik akan menjadi bagian dari koleksi fashion eksklusif, masuk ke dalam editorial majalah internasional, bahkan menjadi inspirasi untuk kampanye budaya dan pariwisata.
Dengan makin banyaknya seniman muda yang tertarik menggabungkan elemen tradisi dan teknologi, bukan tidak mungkin kita akan melihat lebih banyak inovasi seperti ini di berbagai event global lainnya.
Fenomena Fashion Week Korea dikejutkan tato batik Nusantara Indonesia membuktikan bahwa kekayaan budaya lokal bisa tampil membanggakan di panggung dunia. Ini bukan hanya tentang estetika, tetapi juga soal identitas, ekspresi, dan keberanian untuk mengangkat akar budaya ke permukaan global.
Semoga ke depan, semakin banyak karya kreatif yang membawa Indonesia dikenal bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena kekayaan budayanya yang mampu bertransformasi secara modern tanpa kehilangan esensinya.